Tags
Bentor, Danau Toba, Ikan Pora-pora, Karet, Kelapa Sawit, Singkong
Salah satu daerah tujuan wisata yang ingin saya kunjungi sejak kecil diantaranya adalah Objek Wisata Danau Toba, yang dikenal sebagai danau terbesar di Indonesia.
Padahal saya sudah 3x berkunjung ke Medan, tapi belum pernah menginjakkan kaki di Danau Toba.
Saya bertekad jika suatu saat ada kesempatan ke Medan lagi, saya harus sampai ke Danau Toba. Selama ini saya hanya sampai Brastagi, karena driver mobil sewaan selalu mengatakan : “Danau Toba itu jauh Pak, kalau ada rencana ke sana sebaiknya berangkat lebih pagi”.
Pengalaman tersebut saya gunakan pada saat saya deal sewa kendaraan pada malam sebelumnya, sejak awal sudah saya katakan bahwa saya berencana akan ke Danau Toba, agar datang dan jemput saya pukul 6 pagi.
***
Alhamdulillah pada kunjungan ke-4 ke Medan, akhirnya saya berhasil sampai di Danau Toba, meskipun cuaca sedikit mendung.
Perjalanan kami mulai pukul 6.30 pagi, selama 6 jam kami berjuang dalam perjalanan menuju danau yang diawali dengan melewati jalan-jalan di kota Medan yang cukup padat, bersaing dengan truk, angkutan kota (angkot), kendaraan roda dua serta becak motor (bentor), melewati Tol Amplas – Tanjung Morawa (tarif Rp2.000).
Sepanjang jalan kami melewati deretan kebun kelapa sawit, kebun karet dan kebun singkong.
Terlihat bertandan-tandan buah sawit yang baru panen menumpuk di pinggir–pinggir jalan, yang selanjutya akan diangkut oleh truk ke tempat pengolahannya.
Demikian juga dengan Pohon Karet, kami melihat kelompok-kelompok para penyadap karet sedang mengumpulkan hasil sadapannya, menimbang dan mengangkutnya ke truk.
Tidak kalah serunya adalah Petani Singkong, sebagian besar sedang panen dengan menggali buah singkong yang langsung di lempar ke atas truk.
Tidak heran ketika berangkat maupun pulang kami sering berpapasan dengan truk pengangkut kelapa sawit, getah karet dan singkong.
Beberapa kilometer sebelum sampai ke danau, kami bertemu dengan beberapa kelompok monyet-monyet liar.
***
Sayang kami tidak meng-eksplor sudut-sudut danau atau menyeberang ke Pulau Samosir, meskipun kami bisa menyewa boat yang ditawarkan dengan harga Rp700.000 PP, padahal kalau ferry yang regular hanya berkisar 20.000 per-orang.
Di pinggiran danau saya lihat tidak ada lokasi yang unik untuk menikmati keindahannya, karena dipenuh oleh bangunan-bangunan yang menggangu keindahan danau.
Seandainya Pemeritah Daerah maupun Swasta lebih bersugguh-sungguh menggali potensi wisata di danau ini, saya yakin ekonomi masyarakat sektarnya akan menjadi semakin baik.
***
Karena jam telah menunjukkan pukul 12.30 dan perut juga mulai terasa lapar, kamipun mampir ke salah satu restoran yang di tepi danau.
Lauk favorit saya adalah ikan Pora-Pora yaitu ikan dari perairan Danau Toba dengan ciri-ciri kecil (panjang sekitar 11-an cm), ekor berwarna kuning dan sisik berwarna putih. Ikan Pora-pora enak dan gurih hanya dengan digoreng kering.
Lauk yang lain adalah Taucho Ikan Nila, ikan dari hasil budidaya masyarakat di sekitar danau di dalam keramba.
Demikianlah, setelah makan siang kami meluncur kembali ke Medan, dan sampai sekitar pukul 6 sore.
Arman said:
Belakangan ini jd sering ngeliat danau Toba di Blog Blog. Bagus ya ternyata danau Toba…
Dulu pas sering ke medan tiap kali diajak ke danau Toba gak pernah mau ikut karena kirain gak ok. Skrg nyesel dah. Hahaha
ded said:
Danaunya bagus dan kabarnya pulau samosir dg kebudayaan masyarkatnya yang unik membuat ke dua tempat ini jadi menarik. Apalagi klo dilengkapi dg fasilitas yg memadai 🙂
eviindrawanto said:
Kalau sewa boat ke Samosir mahal juga ya Pakded. Jadi kalau ke sana nanti kudu sabar nunggu ferry 🙂
ded said:
Mending naik ferry biasa aja Uni, murah meriah.
Sayang duitnya…..he3.
Kecuali kalau jalannya bersama keluarga, biar nyaman ga papa sewa boat 🙂
Lidya said:
Ini dari jaman sekolah sudah terkenal ya Danau Toba, sayang sekali saya belum pernah kesana
ded said:
Benar Mb, hal itulah yang menginspirasi saya dan bertekad suatu saat harus sampai ke Danau Toba 🙂
nyonyasepatu said:
horeee…. udah di Tobaaaaa
ded said:
He3…. iya sayang kita ga bisa kopdar ya Mb 🙂
nyonyasepatu said:
yupe hehe
monda said:
alhamdulillah, hilang penasarannya liat danau Toba ya da..
kunjungan ke 5 jangan lupa ke Samosir(
(he..he.., padahal sendirinya belum pernah juga)
ded said:
Maunya gitu mb, tapi kejauhan kecuali klo mmg tujuan utamanya ke sana… 🙂
alrisblog said:
Sejak kecil sudah bercita-cita pengen ke danau ini. Pernah lewat doang waktu pulang dari Medan melalui pinggiran danau ini, karena bus ALS tidak berhenti di seputaran danau.Saya, semoga kunjungan berikutnya bisa mampir ke danau cantik ini.
ded said:
Aamiiin….ALS memang bus yang fenonmenal ya…..
Justeru keindahan toba terlihat dr pinggiran danau apalagi dr ats bukit 🙂
masbadar said:
Oleh-olehnya mestinya berupa hasil jepretan pemandagan danau yang banyak dan dipajang di tulisan ini.. sayang ya cuma satu.. 🙂
ded said:
Foto-fotonya banyak, sayang jatah saya di wordpress tinggal sedikit, malahan beberapa gambar dalam postingan yang lama ada yang saya delete 🙂
Beby said:
Bang, cobak ke Sitongging. Ngga jauh kok dari Danau Toba, malah lebih dekat dari Berastagi sebenarnya..
Di situ pemandangannya super banget.. Banyak bukit kecil yang hijau, sawah, gunung.. Pokoknya kece lah 😀
ded said:
Boleh tuh Beb, klo ada kesempatan lagi saya akan ke Sitongging, apalagi lebih dekat dari Berastagi……
Temenin ya 🙂
alrisblog said:
Kalo tau Sitongging ini deket dari Berastagi, dulu saya sempetin kesana.
Saya pernah gawe di Bandar Baru, deket Berastagi.
Jadi inget Lau Kaban penghasil duren enak, petai, manggis dan nira enau untuk buat bika ambon.
ded said:
He3 ….mudah2an bs ke Medan lg Al 🙂
Lyliana Thia said:
Ya ampun jauhnya danau Toba… iya Ded, aku kalau ke Medan belum bisa ke Danau Toba… karena 6 jam nya itu hehehe…
bolak balik 12 jam dong yah.. kebayang deh hahaha…
ded said:
he3 iya jauh juga Lyli, tapi pulangnya hanya 5 jam 🙂
Zizy Damanik said:
Aihhh ke Danau Toba…. rinduuuu…
Tapi itulah jeleknya di sana, orang lokal seperti tidak serius merawat. Tetap kotor,kumuh… ah semoga saja ada kesadaran dengan cepat ya.
ded said:
Iya Zi, sayang ya, padahal danaunya sendiri kereen ….. 😦