Tags
Bali, Eat Pray Love, Julia Robert, Padang-Padang Beach, Pantai Kuta, Pantai Padang-Padang, Pecatu, Sunset
Hari Pertama di Bali, kami diajak oleh Bli Made (yang membawa kendaraan kami) ke Padang-Padang Beach atau Pantai Padang-Padang yang terletak di kawasan Pecatu, Bali.
Ketika siangnya kami berada di Pantai Kuta, Bli Made mengatakan untuk menikmati sunset lebih baik di Padang-Padang Beach saja, karena pantainya tidak terlalu ramai, pasirnya putih, lebih bersih dan sangat disenangi peselancar karena ombaknya yang sangat mendukung.
Kami sampai di lokasi sekitar pukul 16.30 Wita. Uniknya, untuk menuju pantai dari jalan raya, harus berjalan menuruni bukit, melewati celah karang (merupakan sebuah goa) yang sempit dengan jalan yang hanya muat untuk 1 atau 2 orang saja, sehingga kalau ada yang bawa ransel, papan selancar atau barang bawaaan lainnya, jika berpapasan salah seorang harus mengalah, menuruni anak tangga yang lumayan panjang dan curam.
Wow ….!!!
Benar saja, kelihatan pantai pasir putih dengan airnya yang biru dan jernih, disertai dengan tebing-tebing karang yang menjulang, tepat sekali untuk berenang, berendam, dan berselancar.
Kami melihat satu pasangan bule (mungkin) sedang mempersiapkan foto untuk Pre Wedding, bersama seorang fotografer.
Kedua anak saya (Kevin dan Thalita) sudah tidak tahan lagi untuk segera berenang, dengan pakaian yang sudah disiapkan sebelumnya langsung nyebur, tentu saja mereka harus saya temani.
Meskipun airnya kelihatan biru, bahkan sampai sekitar dua puluhan meter dari bibir pantaipun masih cukup aman untuk berenang dengan anak-anak.
Pantai ini memang tidak terlalu ramai dengan pengunjung, jika dibandingkan dengan Pantai Kuta. Untuk keamanan, tempat ini juga dilengkapi dengan penjaga pantai.
Sekitar pukul 17.30 Wita, penjaga pantai memberi peringatan agar semua pengunjung sudah harus selesai berenang dan meninggalkan pantai serta segera naik ke atas.
Ketika saya tanya mengapa, bukankah masih siang ?
Penjaga pantai mengatakan, meskipun di pantai masih kelihatan terang, tetapi celah goa yang akan dilewati untuk naik sudah mulai gelap, dia juga menceritakan tentang suasana magis yang menjadi kepercayaan masyarakat setempat, sebagai alasan lain kenapa para pengunjung harus kembali lebih awal.
Area parkir-nya cukup luas, terletak di seberang jalan, di sini juga disediakan tempat mandi dengan tarif Rp 5.000 per orang.
Bli Made menambahkan bahwa salah satu lokasi pembuatan film Eat, Pray, Love yang dibintangi oleh Julia Robert berada di pantai ini.
Evi said:
Ondwh rancaknyo Lai Pak Ded. Kini tiap jengkal dari alam Bali bisa dinikmati wisatawan. Cerdik sekali mereka memanfaatkan sumber daya. Daya magis dr jalan yg dilewati saja sdh menggoda 🙂
ded said:
Harusnya di kampung awak juga bisa seperti itu Uni, karena Sumatera Barat (Minangkabau) mempunyai ciri khas tersendiri yang tidak bisa dibandingkan dengan daerah lain, bagaimana caranya supaya bisa dijual kepada turis dalam dan luar negeri untuk menambah pendapatan urang Minang…. 🙂
ardiansyah pango darwis said:
wah asik.
apa lagi kalau di dalam gua itu keren
ded said:
Guanya sempit dan gelap Mas, digunakan untuk jalan setapak……. 🙂
ardiansyah pango darwis said:
ya namapknya seru tuh hehehe 🙂
ded said:
Tapi harus hati-hati Mas……. 🙂
monda said:
padahal pantai pasirnya cuma pendek ya…
tapi karena udah terkenal jadi rame …
ded said:
Benar Mb, memang tidak sepanjang dan seluas Pantai Kuta. Cuma di sini ombaknya tidak sebesar di Kuta, dan memecahnya juga agak ditengah….. 🙂
Lidya said:
celahnya sempit, didalamnya gelap gak pak?
ded said:
Asal jangan lewat dari setengah enam mb, masih cukup cahaya untuk melewatinya
Ely Meyer said:
sering ke Bali tapi belum pernah ke sana, jadi ingin ke sana 🙂
itu asap apa ya pak di foto yg ke enam ?
ded said:
Para petugas membersihkan sampah daun-daun di sekitar pantai, setelah kering dibakar. Seharusnya sampah2 itu jangan dibakar, karena bisa membuat sesak para pengunjung. 🙂
Toekang Potret Keliling said:
onde mande, padang tanyato lataknyo di bali
ded said:
He3x kayak Bika Ambon adanya dan dijualnya di Medan, tapi tidak ada di Ambon……
Necky Effendy said:
asik juga tuh uda ded…catet ah…siapa tahu pas ke Bali bisa mampir ke sana…
ded said:
Betul Mas Neck…..
giewahyudi said:
Pintu guanya sempit banget, jadi berasa seremnya kalau mau masuk..
Pantainya kenapa dikasih nama Padang-padang ya? Padahal jauh dari Padang. 🙂
ded said:
Ya Mas gie, agak sempit menrucut ke atas. terasa agak seram waktu pulangnya sudah mulai gelap, apalagi saya bawa anak-anak. Di Bali banyak orang Jawa, jadi kalau Padang-padang itu artinya terang-terang, daripada gelap-gelap…he3x. …. 🙂
Bibi Titi Teliti said:
Salam Bang Ded 🙂
Maapkanlah diriku yang baru berkunjung balik yah Bang *tertunduk malu*
Waktu ke Bali aku belum mampir ke tempat ini lho Bang…
Tapi melihat celah sempit menuju goa nya…kok rada parno duluan yah…
*emang dasarnya penakut*
ded said:
Ga pa pa Ry, yang jelas saya senang dan bangga bahwa seorang blogger bisa seperti Erry dapat mengunjungi negara idamannya. Selamat ya….
Ni CampereniQue said:
pas ke bali tempo hari ngelewatin tempat ini, tapi karena selama ini sy gak pernah ke sana, jadi rada gak pede wat mampir hehehe gak taunya malah bagus ya Da 😀 *nyesel deh*
ded said:
Nanti kalau lewat lagi mendingan mampir aja Mb Niq, bagus kok. Di sana kita banyak dapat pengetahuan dan lihat ukiran-ukiran indah…… 🙂