Hampir semua media massa di dalam negeri baik media cetak maupun online memuat berita tentang dua orang tukang sampah.
Yang satu bernama Imam Syafii, tukang sampah dari Jakarta, Indonesia dan yang satu lagi adalah Wilbur Ramirez tukang sampah dari London, Inggris.
Kedua mereka tiba-tiba jadi orang terkenal, karena kehidupan keduanya beda 180 derajat. Kondisi ini difilmkan oleh TV Inggris, BBC London.
Saya tidak akan mengulas perbandingan tersebut, karena Wilbur memungut sampah menggunakan peralatan serba otomatis (kendaraan khusus) dengan sistem dan kesadaran masyarakat yang sudah tertata dengan baik. Sedangkan Imam masih mengerjakannya “manual” dengan kondisi masyarakat yang sebagian masih “belum sadar” untuk membuang sampah pada tempatnya.
Tapi yang kita tidak tau, apakah si Wilbur ini tukang sampah benaran ?
Saya hanya ingin menampilkan foto gerobak pembersih jalan yang saya potret di Kensingtone Street (gambar di atas) dan terpesona melihat betapa rapinya tumpukan sampah di St James’s Park (gambar bawah), beberapa waktu yang lalu.
Walaupun sebetulnya ada mobil pembersih jalan yang lebih besar, tapi tetap diperlukan gerobak-gerobak kecil untuk membersihkan jalan-jalan kecil, gang yang sempit atau trotoar.
Budiman Firdaus said:
setuju uda, mari kita tekankan buang sampah pada tempatnya, setidaknya kita sudah membantu kerja para tukang sampah, 🙂
ded said:
Coba kalau ita semua membuang sampah pada tempatnya, pasti pak tukang sampah akan berkurang pekerjaannya…. 🙂
Asop said:
Bagaimana kehidupan Wilbur Ramirez di sana ya? Cukupkah? Atau sama miskin juga?
ded said:
Menurut berita yaang saya dapatkan Wilbur hidup cukup memiliki 2 sepeda motor dan 1 sedan, serta tinggal di komplek perumahan yang layak…. 🙂
Allisa Yustica Krones said:
Iya ya, miris banget ngeliat timpangnya kesejahteraan antara Wilbur Ramirez dan Imam Syafii, padahal profesinya sama2 binman… Memang dibanding negara lain, negara kita tercinta ini masih banyak sekali tertinggal ya 😦
ded said:
Mb, paling tidak kita bisa mengurangi beban Imam-Imam yang lain dengan kepedulian kita terhadap pengelolaan limbah rumah tangga.
Misalnya dengan membantu membungkus sampahnya, membedakan bungkusan sampah kering dan sampah basah agar tukang sampah tinggal angkut,
Gusti 'ajo' Ramli said:
faktor yang terpenting itu ada kesadaran masyarakat membuang sampah pada tempatnya…. secanggih apapun peralatannya, jika masyarakat masih buang sampah seenaknya, maka kecanggihan itu tak akan berarti..
ded said:
Benar Gus, seperti saya katakan kepada Mb Alissa di atas, bahwa kita butuh agar masyarakat pedui terhadap pengelolaan limbah rumah tangga. Membantu membungkus sampah, membedakan bungkusan sampah kering dan sampah basah agar mudah angkut,
harjo said:
Kalau petugas sampah kita jalan-jalan ke Inggris, pasti seneng banget ya …
Soalnya sampahnya beda dengan di Indonesia 🙂
ded said:
jangan kan petugas sampah. saya juga ga nolak kalau diajak jalan-jalan seperti itu Mas 🙂
Ely Meyer said:
lain ladang lain belalang ya pak
ded said:
Lain air lain ikannya…. he3x..
iklan baris bagus said:
itulah bedanya. konon di negara-negara maju “pekerja kasar” malah lebih tinggi bayarannya 😦
Mrs_Lair4ever said:
Good posting and pictures, Ded 🙂
Tinggal di kota kecil, semua sampah diambil seminggu
sekali dengan truck yg besar. Masing2 rumah juga ada
dumpster, http://en.wikipedia.org/wiki/Dumpster, sendiri.
Apakah disana ada juga “recycling bin”, http://en.wikipedia.org/wiki/Recycling_bin,
yg memisahkan jenis2 sampah spt kertas, botol, gelas, dsbnya?
yoriyuliandra said:
Wow rapinya…
*Salah satu parameter untuk mengetahui tingkat peradaban…
ded said:
Mungkin bisa dikatakan begitu Mas yori, bisa sebagai indikator tingkat peradaban suatu bangsa…. 🙂
prih said:
beliau ambil bagian dalam daur ulang materi kehidupan Uda Ded, salam
ded said:
Benar Prih, Ima adalah salah satu titik dalam sebuah mata rantai daur ulang materi kehidupan 🙂
serambipuisi said:
kapan ya dinegeri ini, bisa punya kebiasaan utk memilah sampah , organik dan non organik, jadi mudah utk didaur ulang , juga memudahkan pekerjaan tukang sampahnya juga ….
( masih berkhayal)
salam
Pingback: THE NINE FROM THE BLACK LIONS « The Ordinary Trainer writes …
ded said:
Saya hanya iseng Om, ketemu gerobak sampah di negeri orang. Ternyata dapat perhatian yang begitu besar dari Om NH. terima kasih Om….sukses selalu 🙂